Senin, 29 Maret 2010

Konservasi Alam dalam Islam

“Anda memasuki daerah konservasi Burung dilarang menembak,” begitulah tulisan pada papan yang selalu menyambut tiap orang yang akan masuk ke kampus kita. Konon, anjuran dalam papan itu dibuat untuk mengurangi aktifitas warga sekitar ITS yang sering menembaki burung air yang hidup di kawasan kampus.

Keanekaragaman hayati memang semakin berkurang tiap tahunnya. Langkah yang dilakukan ITS untuk membuat anjuran perlindungan dengan menetapkan menjadi tempat konservasi burung patut diacungi jempol.

Memang sudah sewajarnya, tempat berkumpulnya calon teknokrat negeri ini untuk peduli akan kelestarian alam dan makhluk hidup. Apalagi, sivitas ITS yang dianugrahi kelebihan dalam hal intelektual juga merupakan salah satu pemimpin yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk menjaga kelestarian alam, sebuah maha karya agung ciptaanNya.

Dalam surat Al Baqoroh ayat 164, dengan gamblang digambarkan sebuah kondisi alam yakni bumi dan langit yang telah dilengkapi dengan segala fasilitas terbaik untuk semua penghuninya.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah telah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi ; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah ) bagi kaum yang memikirkan.”

Dengan kondisi yang begitu lengkap, maka Allah juga telah memberi amanat pada manusia untuk menjaga kondisi alam. Amanat ini dapat kita cermati dalam Alquran surat Hud (11) ayat 60 yang artinya: ''Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).''
Dalam surat ini jelas terlihat perintah Allah kepada manusia untuk memakmurkan kehidupan di bumi, itu artinya adalah Allah memerintahkan kita untuk merealisasikan cara bagaimana agar kemakmuran itu bisa diwujudkan. Dalam kaitan ini ada kaidah usul fikih yang menyebutkan Al Amru bisysyai, amrun bi wasailihi (Perintahkan sesuatu, artinya juga memerintahkan sarana, yang dengan cara itu sesuatu itu bisa diwujudkan). Teologi Islam dibangun atas dasar teologi yang positif, konstruktif, manusia memakmurkan kehidupan dan dengan cara itu manusia menjaga lingkungannya.

Menjaga lingkungan bukan hanya untuk dirinya, bahkan Allah menugaskan kita sebagai khalifah, sebagai wakil Allah di muka bumi. Menjaga alam agar kehidupan bisa terus dinikmati oleh generasi selanjutnya. Dan generasi yang akan datang tidak mungkin bisa menikmati kehidupan, bila generasi yang sekarang lupa dengan tugas ini.
Tak hanya itu, Allah juga dengan tegas melarang manusia untuk membuat kerusakan di bumi, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Qhashash (28) ayat 77 yang berbunyi : ''Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.''
Dalam ayat itu sangat ditegaskan kita harus berbuat baik sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita. Bisa kita lihat, Allah telah dengan ihsan-Nya menciptakan alam dan diberikan secara gratis kepada kita. Karena itu sangat wajar bila kita juga berbuat baik terutama kepada lingkungan sebagaimana Allah telah berbuat kepada kita. Memang ketika Allah menciptakan bumi dan seisinya, juga ada potensi-potensi untuk gempa bumi, tsunami, angin ribut, patahan lempengan bumi yang bisa bergerak dan bertemu. Karena memang Allah SWT menciptakan bumi, langit dan gunung bisa bergerak, tetapi itu semua sesungguhnya dihadirkan bukan untuk mengazab manusia, tapi untuk mengingatkan jangan sampai bumi dan seisinya ini dirusak. Kalau tidak dirusak, bumi dan yang lainnya tidak akan menyengsarakan manusia.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Just4Shared

Hari Peringatan merupakan budaya Hindu/Sanatana Dharma yang diwariskan turun-temurun. Hari Tumbuh-tumbuhan (Tumpek Wariga/Sangkara Puja), merupakan hari yang sakral untuk mengingatkan umat manusia agar selalu memohon
tuntunan Tuhan dalam mengembangkan dan melindungi
tumbuh-tumbuhan sebagai sumber
makanan dan oksigen bagi makhluk hidup yang paling utama.

Agama Hindu mengajarkan untuk selalu menghargai alam dengan landasan yang jelas, bukan tafsir buto ireng menyiram bunga artinya bukti agama mengajarkan hukum melindungi alam.

Bumi merupakan tempat yang bebas dari gangguan, tinggi, rendah, datar semuanya untuk umat manusia, bumi memiliki beraneka kekuatan dan sumber obat-obatan, demikianlah ibu pertiwi memperluas diri dan mensejahterakan manusia.
(Atharvaveda : 12.1.2)

Janganlah mencemari air dan jangan pula menyakiti atau menebangi pohon.
(Yajurveda VI.22)

Jangan mengganggu langit dan mencemari atmosfir.
(Yajurveda V.43)

Selalu berbuat yang dapat menyuburkan tanah, jangan sekali mencemarinya.
(Maitrayani samitha II 8)

Terdapat jiwa di dalam tumbuh-tumbuhan. Mereka bernafas dan tumbuh karena jiwa itu.
(Atharvaveda I.32.1)

Tumbuh-tumbuhan memperoleh energi dari cahaya matahari.
(Rgveda VIII. 72.16).

Tumbuh-tumbuhan memancarkan udara vital yang dinamakan samana (oksigen) secara teratur.
(Samaveda 1824)

Tumbuh-tumbuhan menghancurkan
pengaruh atmosfir yang beracun.
(Atharvaveda VIII.7.10)

Sipapun apakah umat manusia ataukah binatang, hidup dengan selamat, dimana kebersihan atmosfir dipelihara dengan segala cara untuk tujuan hidup.
(Atharvaveda VIII.2.25)

Para petani dengan memahami pertanian, menyiram tanah dengan bijaksana. Maka dari itu hormatilah para petani dan siramlah ibu pertiwi dengan sempurna.
(Rgveda :4.57.5)

Para pencerah (dewa) pun tanpa tidur, tidak pernah malas, melindungi bumi yang amat luas, bumi tersebut menyediakan makanan dan minuman serta memberi kekuatan kepada kita semua.
(Atharvaveda 12.1.7)

... see details on veda.

"Weda adalah sumber dari semua Kebenaran" ( Weda Manusmrti 2.6)