Senin, 29 Maret 2010

LOVE NEVER BLIND

Bila benar cinta itu buta,
butakah hatiku...
Eits..tunggu dulu! Pastinya sobat muslim tau semua to lirik lagu di atas. Yups, lagu lawas yang dinyanyikan oleh penyanyi yang menyanyikan lagu isabela ini juga pernah ngetrend dijamannya.
Terus, apa hubungannya dengan bahasan kali ini? Mmmm...sobat muslim baca aja kelanjutan artikel ini, pasti nyambung hehe maksa nie..
Yups, sekarang kita telah memasuki blan Februari, katanya sobat muda di luar sana se ini bulan penuh cinta because itu tu ada yang namaE valentine day alias ViDi di dalamnya. Tau kan tanggal berapa? Ya benar sekali, tgl 14 feb. kataE sih pas hari itu para sobat muda pada ngebukti’in cintanya pada pasangannya. Mulai dari ngasih coklat, hadiah2 lain ato bahkan give kiss dan ngelakuin perbuatan zina yang lain. Ih... naudzubillah deh, tentuE sobat muslim ndak to? Kan dosa...
Lalu kenapa hal itu bisa terjadi?.. itu karena ada yang beranggapan bahwa Cinta itu buta (tu kan nyambung ma lagu di atas hehe). Apapun bisa dilakukan demi cinta, asalkan pasangan kita senang ihh...mengerikan. Coba tengok aja di Bogor ampe ada lomba ciuman terlama.. Astaghfirullah...
Sobat muslim, mari kita pikir deh. Setuju gak seh kalau cinta itu buta? Kalau ane se, 1juta % gak setuju! Lha wong, kalu cinta itu buta berarti asal sabet ajah. Iya to? Padahal sobat muslim kalau lagi jatuh cintrong kan ya pasti pilih2 pasangan to? Itu berarti cinta ndak buta. N selain mata (indera), pasti juga ada kaitannya dengan hati (kan perasaan, main hati dunk), dan akal. Jadi ya gak bisa dikatakan buta juga.
Al Baidhawi berkata “ cinta adalah keinginan untuk taat”, N menurut Ibnu Arafah, cinta menurut orang arab adalah menghendaki sesuatu untuk meraihnya”. Lha kalau kita ingin sesuatu dan ingin taat terhadap sesuatu pastiE sebelumnya kita menggunakan indera untuk menentukan apa yang ingin kita taati atau dapatkan, menggunakan akal untuk memikirkan apakah layak sesuatu itu kita taati atau kejar. Dan mengunakan hati untuk mengetahui seberapa kuatkah keinginan untuk taat kepada sesuatu itu.
Sebagai contoh, jika sobat muslim mencintai Allah SwT dan Rasulnya. Pasti kita ndak asal cinta dunk. Tentunya mboh kita sadar atau tidak (nek gak sadar ya kebacut) pasti rasa cinta pada keduanya muncul setelah ada perasaan yang kuat untuk patuh kepadaNya dan kekaguman atas ciptaan Allah serta kesadaran kita sebagai makhluk Allah yang lemah. Bener to? Ayo kita sama2 renungkan deh...
Oke deh, jadi anggapan bahwa cinta itu buta bener2 1juta% salah. Karena sebelum cinta itu mncul pasti ada peran ketiga komponen di atas. Mata(indera), hati, dan akal. Cinta makin kuat apabila sebelumnya kita mengetahui juga target yang ingin kita cintai.
Sebenarnya bukan cintanya yang buta tapi orangnya yang dibutakan oleh cinta. Itu karena meraka gak bisa nahan nafsu hingga nafsu yang berkuasa atas meraka. Hal itu diakibatkan lemahnya iman mereka dan minimnya pengetahuan meraka tentang ilmu agama. Nah, oleh karena iu agar sobat muslim semua menjadi generasi yang penuh cinta namun tak terbutakan oleh cinta itu sendiri, maka sobat muslim kudu gethol mencari tau tentang ilmu agama (ngaji n rajin ikut mentoring). Jangan hanya kuliah.. kalau kita udah tau iimu agama lebih mendalam maka insya ALLAH kita akan mengetahui batas2 dan cara mecintai dengan benar. Gimana, setuju ndak? Mau to rajin2 ikut mentoring...
Nggak ngaji gak trendy...
So jadilah generasi Rabbani yang akan menebarkan cinta di seluruh alam dengan ilmuNya.
Karena cinta itu TIDAK PERNAH BUTA!!! (yoon)

Cewek & Cerewet...

Cewek tuh cerewet, liat aja julukan-julukan terkenal macam ‘tante cerewet’, ‘istri bawel’, ‘cewek ceriwis’, dan segudang julukan lain yang bersinonim dengan kata cerewet, seringkali nempel pada makhluk bernama cewek, jarang banget kata itu nempel pada cowok. Eit….meskipun ada lho kemungkinan kata-kata itu nempel pada cowok, hehe….. Tapi berhubung kolom ini dikasih nama cewe banget, kita anggap aja asumsi di atas itu benar, meskipun pada kenyataannya ya….emang bener juga sih (lho kok..?? ga boleh protes lho, ntar kumat cerewetnya hehe).Kata ‘cerewet’ sering diartikan sebagai ‘banyak bicara’, ‘banyak omong’, ‘berisik’, ‘sok tahu’ dan lain-lain. Misalnya orang yang mo beli bakso, bilang ke penjualnya “Pak, beli bakso satu porsi, ga pake sambel dan saos, mienya yang kuning doank, pake somay, jangan terlalu panas, tapi ga pake pentol dan tolong dikirim via email ya Pak!” Glodaks!! Waduh, yang begini ini neh, betul-betul cerewets (bentuk jamak, saking cerewetnya). Kalau lihat ini doank, pasti dalam benak kamu, kata ‘cerewet’ punya arti yang minus, miring, jelek, pokoknya kamu bakalan mengeluarkan berbagai jurus penolakan bila kamu diberi sebutan ‘cerewet’.
Sebenarnya neh, boleh-boleh aja kok kita cerewet, bahkan terkadang kita kudu cerewet. Eit, bagi kalian yang biasa cerewet, jangan keburu merasa senang ya. Gini lho, dalam hal-hal tertentu bahkan kita diwajibkan untuk cerewet. Misalnya kita disuguhi makanan yang kelihatannya super enak, kita ga boleh asal sekrop aja makanan itu. Apalagi kalau stempel halal belum benar-benar “nempel” di hidangan itu. Kita wajib “cerewet”, dalam artian cari tahu, apa saja sih komposisi dari makanan itu, apalagi kalo kita ke restoran yang levelnya internasional. Tahu kan restoran internasional itu apa? Itu-tuh, restoran kopi tubruk. Hehe. By the way, kita kudu selidiki lho, dagingnya daging apa, kita ga mau kan kalo disuguhi daging dinosaurus. Terus apa ada zat-zat yang ga bagus buat tubuh dan lain-lain. Nah, ini adalah cerewet yang baik. Dieng!!
Demikian pula dengan berbagai macam hal yang terjadi di lingkungan kita. Kita sebagai cewek seharusnya bias peduli dengan kejadian di sekitar kita, biar kita tak dibilang katrok. Dalam QS Al-Imron : 104 disebutkan “Dan hendaknya ada di antara kamu segolongan umat yang menyerukan pada kema’rufan, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Dan mereka itula orang-orang yang beruntung”
Jadi, dari sini kita tahu bahwa kita disuruh untuk ‘cerewet’ bila ada kemungkaran, yaitu dengan saling ngingatkan dan menyerukan kebenaran. So, kalo ada teman kita yang salah, kita kudu kasih tahu ke dia apa salahnya dan gimana sih yang bener. Jangan hanya nyalahin doang atuh neng. Soal ngingatkan ini tidak dibatasi pada teman saja lho, bahkan jika pemerintah kita salah dalam ambil kebijakan pun, kita juga wajib untuk ngingatkan atau ngkritik.
Caranya dapat dilakukan dengan menulis opini di koran, ikut aksi damai untuk ngingatkan pemerintah dan lain-lain. Waduh mbak, masak cewek berpolitik? Eit, jangan salah, berpolitik itu artinya sadar akan urusan masyarakat, kalau kita ga “cerewet” dan ga peduli dengan urusan masyarakat, padahal kita termasuk bagian dari masyarakat, bagaimana kalau masyarakat itu rusak? Hayoo....apa kita mau jadi rusak juga? Emoh dunk Mbak?? Apalagi Allah memang memerintahkannya kepada manusia untuk saling mengingatkan dalam kebenaran, tanpa ada batasan cewek atau cowok.Karena kita tuh muslimah, maka standar ber-‘cerewet’, baik itu mengkritik, berpendapat dan lain-lain juga kudu kita sandarkan pada Islam. Bagaimana Islam ngaturnya? Gampang kok, disesuaikan dengan Al-Quran dan As-sunnah.Lalu, bagaimana cara menyampaikan opini kita sesuai dengan pandangan Islam? Allah SWT berfirman, ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (TQS. An Nahl: 125).Intinya, sampaikan ke-cerewet-an dengan cara yang ikhsan, yang benar dan kudu ikhlas karena Allah Ta’ala, agar orang lain itu bisa nerima kritikan atau saran kita dengan legowo, dan bukan sebaliknya. Ok, gals, yuuk kita ber-cerewet dengan cara yang benar! (hay).

Kawasan Konservasi Hasil Pemikiran Islam

Islam mengajarkan umatnya untuk melindungi dan menjaga alam dan lingkungan. Pada masa kekhalifahan, peradaban Islam di Semenanjung Arab memiliki dan menjaga kawasan konservasi yang disebut Hima. Konsep ini membuktikan bahwa dalam Islam ketentuan mengenai perlindungan alam termasuk dalam garis syariat.

Pelestarian hutan termasuk didalamnya perlindungan terhadap keaslian lembah, sungai, gunung dan pemandangan alam lainnya, dimana makhluk hidup didalamnya diistilahkan dengan Hima’.

Nabi Muhammad SAW juga pernah membuat hima al-Naqi yang terletak di dekat Madinah sebagai tempat kavaleri dan membuat kota Makkah dan Madinah sebagai dua tempat suci yang tidak boleh diganggu gugat keberadaanya. Nabi melarang berburu binatang pada radius empat mil di sekitar kota Madinah. Selain itu, masyarakat juga dilarang merusak tanaman dalam radius 12 mil di sekitar kota tersebut.

Konsep Hima ini juga memiliki beberapa Syarat antara lain; pertama, harus berada di bawah perlindungan kekuasaan pemerintah Islam. Kedua, hima harus dikembangkan sesuai dengan jalan Allah SWT untuk kesejahteraan umat manusia. Ketiga, area yang dijadikan sebagai hima tidak boleh terlalu luas. Keempat, hima harus lebih menguntungkan bagi masyarakat dari pada merugikan masyarakat.

Dikutip dari berbagai sumber. Terinpirasi dari buku karangan Fachrudin M Mangunjaya Konservasi Alam Dalam Islam

Contoh Rasulullah Menghargai Alam

Salah satu contoh teladan yang indah dalam menghargai alam datang dari orang nomor satu di dunia, siapa lagi kalau bukan Rasulullah SAW. Contoh secara langsung ditunjukan dengan perilakunya yang sangat melindungi burung. Suatu saat nabi berpergian bersama sahabat Ibn Mas’ud. Dalam perjalanannya sahabat melihat seekor burung dan dua anaknya. Sahabat lantas mengambil dua anak burung tersebut dan membawanya berjalan. Karena merasa kehilangan anak, induk burung pun mengiringi rombongan Rasulullah, ketika menyaksikan hal itu nabi pun bersabda :

“Siapakah yang menyusahkan burung ini dan mengambil anaknya? Kembalikan anak- anaknya padanya,” seru Rasulullah.

Dalam perjalanan berikutnnya, Rasulullah pun sarang semut yang terbakar, maka beliau bertanya, “Siapakah yang membakar ini?” Sahabat menjawab “Kami ya Rasulullah”. Jawab Rasul “ “Tidak boleh menyiksa dengan api, kecuali Tuhan yang menjadikan api”. Hadist riwayat Abu Daud.
Tak hanya itu, Rasulullah tak langsung juga mengajarkan pada kita untuk selalu rajin menanam pohon. Jauh sebelum hutan hutan rusak, dan digalakannya program tanam sejuta pohon, Rasulullah sudah mengajurkan kita untuk menanam kapanpun, dan dalam kondisi bagaimanapun. Salah satu hadist tersebut adalah “Jika tiba waktunya hari kiamat, sementara ditanganmu masih ada biji kurma, maka tanamlah segera” (HR. Ahmad).

Menaman pohon atau tumbuhan juga menjadi amalan bagi setiap manusia, Rasul mengajarkan ada sedekah dibalik keinginan kita untuk menanam.
“Seorang Muslim yang menanam atau menabur benih, lalu dia sebagian yang dimakan oleh burung dan manusia, ataupun oleh binatang, niscaya semua itu akan menjadi sedekah baginya.(HRImam Bukhari (2/67,cet.Eropa), Imam Muslim ( 5/28 ) dan Imam Ahmad (3/147)

Konservasi Alam dalam Islam

“Anda memasuki daerah konservasi Burung dilarang menembak,” begitulah tulisan pada papan yang selalu menyambut tiap orang yang akan masuk ke kampus kita. Konon, anjuran dalam papan itu dibuat untuk mengurangi aktifitas warga sekitar ITS yang sering menembaki burung air yang hidup di kawasan kampus.

Keanekaragaman hayati memang semakin berkurang tiap tahunnya. Langkah yang dilakukan ITS untuk membuat anjuran perlindungan dengan menetapkan menjadi tempat konservasi burung patut diacungi jempol.

Memang sudah sewajarnya, tempat berkumpulnya calon teknokrat negeri ini untuk peduli akan kelestarian alam dan makhluk hidup. Apalagi, sivitas ITS yang dianugrahi kelebihan dalam hal intelektual juga merupakan salah satu pemimpin yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk menjaga kelestarian alam, sebuah maha karya agung ciptaanNya.

Dalam surat Al Baqoroh ayat 164, dengan gamblang digambarkan sebuah kondisi alam yakni bumi dan langit yang telah dilengkapi dengan segala fasilitas terbaik untuk semua penghuninya.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah telah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi ; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah ) bagi kaum yang memikirkan.”

Dengan kondisi yang begitu lengkap, maka Allah juga telah memberi amanat pada manusia untuk menjaga kondisi alam. Amanat ini dapat kita cermati dalam Alquran surat Hud (11) ayat 60 yang artinya: ''Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).''
Dalam surat ini jelas terlihat perintah Allah kepada manusia untuk memakmurkan kehidupan di bumi, itu artinya adalah Allah memerintahkan kita untuk merealisasikan cara bagaimana agar kemakmuran itu bisa diwujudkan. Dalam kaitan ini ada kaidah usul fikih yang menyebutkan Al Amru bisysyai, amrun bi wasailihi (Perintahkan sesuatu, artinya juga memerintahkan sarana, yang dengan cara itu sesuatu itu bisa diwujudkan). Teologi Islam dibangun atas dasar teologi yang positif, konstruktif, manusia memakmurkan kehidupan dan dengan cara itu manusia menjaga lingkungannya.

Menjaga lingkungan bukan hanya untuk dirinya, bahkan Allah menugaskan kita sebagai khalifah, sebagai wakil Allah di muka bumi. Menjaga alam agar kehidupan bisa terus dinikmati oleh generasi selanjutnya. Dan generasi yang akan datang tidak mungkin bisa menikmati kehidupan, bila generasi yang sekarang lupa dengan tugas ini.
Tak hanya itu, Allah juga dengan tegas melarang manusia untuk membuat kerusakan di bumi, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Qhashash (28) ayat 77 yang berbunyi : ''Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.''
Dalam ayat itu sangat ditegaskan kita harus berbuat baik sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita. Bisa kita lihat, Allah telah dengan ihsan-Nya menciptakan alam dan diberikan secara gratis kepada kita. Karena itu sangat wajar bila kita juga berbuat baik terutama kepada lingkungan sebagaimana Allah telah berbuat kepada kita. Memang ketika Allah menciptakan bumi dan seisinya, juga ada potensi-potensi untuk gempa bumi, tsunami, angin ribut, patahan lempengan bumi yang bisa bergerak dan bertemu. Karena memang Allah SWT menciptakan bumi, langit dan gunung bisa bergerak, tetapi itu semua sesungguhnya dihadirkan bukan untuk mengazab manusia, tapi untuk mengingatkan jangan sampai bumi dan seisinya ini dirusak. Kalau tidak dirusak, bumi dan yang lainnya tidak akan menyengsarakan manusia.