Kamis, 31 Desember 2009

Bolehkah Mengikuti Natal Bersama dan Tahun Baru ?

Penyusun: Ummu Aiman
Muraja’ah: Ustadz Abu Salman


Setiap bulan Desember umat nasrani merayakan hari raya agama mereka, yaitu Hari Natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember. Mendekati bulan ini, beberapa sudut pertokoan mulai ramai dengan hiasan natal. Supermarket-supermarket yang mulanya sepi-sepi saja, kini dihiasi dengan pernak-pernik natal. Media massa pun tidak ketinggalan ikut memeriahkan hari raya ini dengan menayangkan acara-acara spesial natal.


Banyak sekali umat Islam yang tidak mengetahui bahwa mengucapkan selamat natal tidak boleh dilakukan, dengan tanpa beban dan tanpa merasa berdosa ucapan selamat natal itu terlontar dari mulut-mulut mereka. Mereka salah kaprah tentang toleransi beragama sehingga dengan gampang dan mudahnya mereka mengucapkan selamat natal pada teman dan kerabat mereka yang beragama nasrani. Lalu bagaimana sebenarnya pandangan islam dalam perkara ini? Berikut ini adalah bahasan seputar natal yang disusun dari beberapa fatwa ulama.

Natal Menurut Islam

Peringatan Natal, memiliki makna ‘Memperingati dan mengahayati kelahiran Yesus Kristus’ (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas terbitan Balai Pustaka). Menurut orang-orang nasrani, Yesus (dalam Islam disebut dengan ‘Isa) dianggap sebagai anak Tuhan yang lahir dari rahim Bunda Maria. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan syariat Islam yang mengimani bahwa Nabi ‘Isa ‘alaihis sallam bukanlah anak Tuhan yang dilahirkan ke dunia melainkan salah satu nabi dari nabi-nabi yang Allah utus untuk hamba-hamba-Nya.

Allah Ta’ala berfirman dalam QS Maryam: 30 yang artinya, “Isa berkata, ‘Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah (manusia biasa). Dia memberikan kepadaku Al Kitab (Injil) dan menjadikanku sebagai seorang Nabi.’”

Wahai, maka barangsiapa dari kita yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang muslim, maka ia harus meyakini bahwa ‘Isa adalah seorang Nabi yang Allah utus menyampaikan risalah-Nya dan bukanlah anak Tuhan dengan dasar dalil di atas.

Tentang Ucapan Selamat Natal

Atas nama toleransi dalam beragama, banyak umat Islam yang mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani baik kepada kerabat maupun teman. Menurut mereka, ini adalah salah satu cara untuk menghormati mereka. Ini alasan yang tidak benar, sikap toleransi dan menghormati tidak mesti diwujudkan dengan mengucapkan selamat kepada mereka karena di dalam ucapan tersebut terkandung makna kita setuju dan ridha dengan ibadah yang mereka lakukan. Jelas, ini bertentangan dengan aqidah Islam.

Ketahuilah, hari raya merupakan hari paling berkesan dan juga merupakan simbol terbesar dari suatu agama sehingga seorang muslim tidak boleh mengucapkan selamat kepada umat nasrani atas hari raya mereka karena hal ini sama saja dengan meridhai agama mereka dan juga berarti tolong-menolong dalam perbuatan dosa, padahal Allah telah melarang kita dari hal itu:

Dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran
. (QS Al Maidah: 2)

Ketahuilah, ketika seseorang mengucapkan selamat natal kepada kaum nasrani, maka di dalam ucapannya tersebut terdapat kasih sayang kepada mereka, menuntut adanya kecintaan, serta menampakkan keridhaan kepada agama mereka. Seseorang yang mengucapkan selamat natal kepada mereka, sama saja dia setuju bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan merupakan salah satu Tuhan diantara tiga Tuhan. Dengan mengucapkan selamat pada hari raya mereka, berarti dia rela terhadap simbol-simbol kekufuran. Meskipun pada kenyataannya dia tidak ridha dengan kekafiran, namun tetap saja tidak diperbolehkan meridhai syiar agama mereka, atau mengajak orang lain untuk memberi ucapan selamat kepada mereka. Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka kepada kita, hendaknya kita tidak menjawabnya karena itu bukan hari raya kita, bahkan hari raya itu tidaklah diridhai Allah.

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan, adapun ucapan selamat terhadap simbol-simbol kekufuran secara khusus disepakati hukumnya haram misalnya mengucapkan selamat atas hari raya atau puasa mereka dengan mengatakan, ‘Hari yang diberkahi bagimu’ atau ‘Selamat merayakan hari raya ini’, dan sebagainya. Yang demikian ini, meskipun si pengucapnya terlepas dari kekufuran, tetapi perbuatan ini termasuk yang diharamkan, yaitu setara dengan ucapan selamat atas sujudnya terhadap salib, bahkan dosanya lebih besar di sisi Allah dan kemurkaan Allah lebih besar daripada ucapan selamat terhadap peminum khamr, pembunuh, pezina, dan lainnya dan banyak orang yang tidak mantap pondasi dan ilmu agamanya akan mudah terjerumus dalam hal ini serta tidak mengetahui keburukan perbuatannya. Barangsiapa mengucapkan selamat kepada seorang hamba karena kemaksiatan, bid’ah, atau kekufuran, berarti dia telah mengundang kemurkaan dan kemarahan Allah.

Dengan demikian, tidaklah diperkenankan seorang muslim mengucapkan selamat natal meskipun hanya basa-basi ataupun hanya sebagai pengisi pembicaraan saja.

Menghadiri Pesta Perayaan Natal
Hukum menghadiri pesta perayaan natal tidak jauh bedanya dengan hukum mengucapkan selamat natal. Bahkan dapat dikatakan bahwa hukum menghadiri perayaan natal lebih buruk lagi ketimbang sekedar memberi ucapan selamat natal kepada orang kafir karena dengan datang ke perayaan tersebut, maka berarti ia ikut berpartisipasi dalam ritual agama mereka. Dan dengan menghadiri pesta perayaan tersebut berarti telah memberikan kesaksian palsu (Syahadatuzzur) terhadap ibadah yang mereka lakukan dan ini dilarang dalam agama Islam (lihat Tafsir Taisir Karimirrahman, Surat Al Furqon ayat 72).

Allah berfirman yang artinya:

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamu, dan untukkulah agamaku.”

Maka, seorang muslim diharamkan untuk hadir pada perayaan keagamaan di luar agama islam baik ia diundang ataupun tidak.

Hukum Merayakan Tahun Baru

Beberapa hari setelah natal berlalu, masyarakat mulai disibukkan dengan persiapan menyambut tahun baru masehi pada tanggal satu Januari. Bagaimana Islam memandang hal ini?

Allah telah menganugerahkan dua hari raya kepada kita, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha dimana kedua hari raya ini disandingkan dengan pelaksanaan dua rukun yang agung dari rukun Islam, yaitu ibadah haji dan puasa Ramadhan. Di dalamnya, Allah memberi ampunan kepada orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dan orang-orang yang berpuasa, serta menebarkan rahmat kepada seluruh makhluk.

Hanya dua hari raya inilah yang disyariatkan oleh agama Islam. Diriwayatkan dari Anas radhiallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang mereka bermain-main di hari raya itu pada masa jahiliyyah, lalu beliau bersabda: ‘Aku datang kepada kalian sedangkan kalian memiliki dua hari raya yang kalian bermain di hari itu pada masa jahiliyyah. Dan sungguh Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan dua hari yang lebih baik dari keduanya, yaitu hari raya Idul Adha dan idul Fitri.’” (Shahih, dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’I, dan Al-Baghawi)

Maka tidak boleh umat Islam memiliki hari raya selain dua hari raya di atas, misalnya Tahun Baru. Tahun Baru adalah hari raya yang tidak ada tuntunannya dalam Islam. Disamping itu, perayaan Tahun Baru sangat kental dengan kemaksiatan dan mempunyai hubungan yang erat dengan perayaan natal. Lihatlah ketika para remaja berduyun-duyun pergi ke pantai saat malam tahun baru untuk begadang demi melihat matahari terbit pada awal tahun, kebanyakan dari mereka adalah berpasang-pasangan sehingga tentu saja malam tahun baru ini tidak lepas dari sarana-sarana menuju perzinaan. Jika tidak terdapat sarana menuju zina, maka hal ini dapat dihukumi sebagai perbuatan yang sia-sia. Ingatlah, ada dua kenikmatan dari Allah yang banyak dilalaikan oleh manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang (HR Bukhari). Maka janganlah kita isi waktu luang kita dengan hal sia-sia yang hanya membawa kita ke jurang kenistaan dan menjadikan kita sebagai insan yang merugi.

Allah telah menyempurnakan agama ini dan tidak ada satupun amal ibadahpun yang belum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan kepada umatnya. Maka tidak ada lagi syari’at dalam Islam selain yang telah Allah wahyukan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada lagi syari’at dalam Islam selain yang telah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan pada kita. Ikutilah apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tuntunkan kepada kita, janganlah engkau meniru-niru orang kafir dalam ciri khas mereka. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia merupakan bagian dari kaum tersebut (Hadits dari Ibnu ‘Umar dengan sanad yang bagus). Setiap diri kita adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin. Semoga Allah senantiasa menyelamatkan agama kita. Wallaahu a’lam.

www.muslimah.or.id

Selasa, 18 Agustus 2009

Berprestasi di Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah kewajiban bagi seluruh umat Islam sedunia. Sesuai dengan firman Allah dalam Surah Albaqarah ayat 183 yang artinya: “Hai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. Tentunya di setiap negara akan melaksanakan ibadah ramadhan dengan cuaca dan jarak waktu yang berbeda.
Puasa bukan penghalang umat manusia untuk berprestasi dalam setiap bidang. Justru dengan datangnya bulan suci ini kita semakin termotivasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Semua itu atas dasar iman mencari ridho Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan dasar iman dan mencari pahala dan Ridho Allah. Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lewat” (HR. Bukhari-Muslim).
Banyak prestasi yang gemilang yang diraih Rasulullah di saat bulan Ramadhan, antara lain:
  • turunnya wahyu pertama di Gua Hira,
  • perang Badar yang dimenangkan kaum muslimin,
  • mulainya diwajibkan zakat fitrah, yaitu tahun kedua hijriah,
  • pada tahun ke-9 Hijriyyah di bulan Ramadhan utusan Thaif datang ke Madinah untuk menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah.
Dan tentunya masih banyak prestasi lainnya yang diraih Rasulullah saat beliau menjalankan ibadah Puasa.
Kita yang hidup serba modern, segala infrastruktur selalu ada semestinya prestasi kita harus seimbang. Dari hari ke hari, sepanjang masa selalu terdengar orang Islam dapat prestasi yang gemilang. Kita sering salah mengartikan bahwa zaman modern harus dekat dengan kemaksiatan, liberalisasi tanpa panduan Islam, bahkan sampai masuk di area kekufuran. Semua itu berjalan secara pelan-pelan namun pasti. Sehingga kita melemah di masalah aqidah, muammalah, ibadah, syariah, serta ukhuwah (persaudaraan). Yang sering menjadi pertanyaan dalam hati kita adalah: Kapan Islam akan berjaya kembali? Darimana kita mula memperbaiki kondisi yang sudah parah ini? Kita harus optimis atas lindungan Allah SWT. Mulailah kebaikan itu dari kita sendiri, bergabunglah dengan orang-orang sholeh yang mempunyai salimul aqidah sholikhul ibadah. Dengan terus mengikuti tahapan-tahapan perbaikan yang jelas.
Di bulan suci Ramadhan adalah bulan tarbiyah, jihad, dan ukhuwah. Kita harus mampu berubah menuju islam yang kaffah. Ikhlas meninggalkan kemungkaran meskipun sangat berat. Rela berkorban dengan harta, waktu, bahkan jiwa sekalipun. Orang-orang yang berprestasi tidak dibatasi dengan umur, waktu, maupun status sosial kehidupan.
Shaum wajib adalah menahan diri dari segala yang membatalkan dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat shaum semata-mata karena Allah, karena iman kepada-Nya, kitab-Nya, Syariat-Nya, serta karena ikhlas beramal kepada-Nya. Keutamaan shaum Ramadhan adalah:
1. sebagai sarana untuk meningkatkan taqwa kepada Allah SWT (QS. 2 : 183, 187),
2. ada dampak positif bagi kesehatan baik jasmani maupun rohani (QS. 2 : 184),
3. sebagai sarana mencari hidup, kebenaran, penghambaan yang hakiki Allah SWT,
4. sebagai tempat menuai pahala, kebaikan, dan ampunan yang diriwayatkan dari Abi Sa’id Al Khudry Ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “tidaklah berpuasa seorang hamba selama satu hari fisabilillah melainkan Allah SWT akan menjauhkan diri orang itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun” (HR. Jama’ah kecuali Abu Daud)
5. untuk mendapatkan syafa’at dari-Nya,
sebab dengan syafa’at Allah tersebut, nanti pada hari kiamat, puasa akan menggunakan haknya untuk menolong orang-orang yang mengerjakannya seperti yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amir Ra, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya: “Puasa dan Alqur’an itu akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Berkata puasa: Ya Tuhan, aku menyebabkan dia menahankan makan dan syahwatnya di siang hari, maka berilah aku izin utnuk memberi syafa’at untuknya dan berkata Alqur’an: Aku mencegah dia tidur di malam harinya karenanya izinkanlah aku memberi syafa’at untuknya”. Maka syafa’at keduanya diterima oleh Allah” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih),
6. ganjaran puasa yang tidak terbatas,
puasa itu adalah untuk Allah SWT dan dialah yang memberi ganjarannya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Allah Azza wa Jalla berfirman: Semua amalan manusia untuk dirinya, kecuali puasa, maka ia adalah untuk-Ku, dan Akulah yang memberinya ganjaran. Dan puasa itu merupakan benteng (perisai), maka ketika datang saat berpuasa, janganlah kamu berkata kotor, berteriak-teriak, mencaci maki. Seandainya dicaci oelh seseorang unutk berkelahi hendaklah ia menjawab: Saya ini sedang berpuasa sebanyak dua kali. Demi Tuhan yang nyawa Muhammad ada di tangan-Nya, bau mulut orang berpuasa itu akan mendaoat dua kegembiraaan yang menyenangkan hati. Pada saat berbua, ia akan bergembira dengan berbuka itu, dan di saat mereka bertemu dengan Tuhannya, ia akan bergembira karena puasa itu” (HR. Ahmad, Muslim, dan Nasa’i),
7. Disiapkan tempat khusus di akhirat,
Adapun amalan-amalan yang dianjurkan pada bulan Ramadhan adalah: Qiyamul lail (sholat tarawih dan sholat witir), i’tikaf (10 hari terakhir berdiam diri di masjid tanpa keluar), memburu lailatul qadar, banyak berdo’a, tidak melakukan hal-hal yang bisa mengurangi pahala puasa, bersiwak, giat membaca Alqur’an, memperbanyak sedekah dan beramal kebajikan.
Sangat tidak berharap jika puasa kita tanpa prestasi apapun, baik dihadapan Allah SWT maupun aktivitas sehari-hari. Kelemahan fisik orang berpuasa diharapkan bisa menumbuhkan ide-ide kreatif tentang segala bidang. Kemandirian dalam menghadapi ujian, sabar untuk meraih cita-cita. Istiqomah dalam menjalankan ibadah.
Semoga kita menjalankan Islam ini secara kaffah sekaligus prestasi yang terbaik. Da’wah Islam akan terhambat jika salah satu komponen tidak berprestasi.


Selamat Menjalankan Ibadah Puasa

Minggu, 09 Agustus 2009

Referensi Laporan Praktikum

Silahkan teman-teman download materi-materi perkuliahan di bawah ini, gratis.
Praktikum Biologi Umum: download!
Praktikum Struktur Hewan: download!
Praktikum Ekologi Tumbuhan: download!

Jumat, 19 Juni 2009

Mari Memulai Dari Sini Dari Mentoring

"Hari ini manusia kehilangan eksistensi, cita-cita tanpa orientasi, visi tanpa idiologi, raga bergerak tanpa jiwa tanpa rasa, menapaki hari-hari dengan payah yang kian bertambah, dunia menguasai jiwa, kemuliaan luluh bersama tetes-tetes peluh kehinaan, manusia jatuh pada lembah nadir kenistaan, dan kematian hati kian mendekat, dan kemuliaan jiwa kian sulit mendekat, sebuah seruan harus dilantunkan untuk kembalikan kehormatan diri, umat dan agama yang lama tercabik dihinakan, seruan yang tetap lantang dikobarkan."

Syair diatas mungkin menjadi gambaran kondisi kita dan kondisi umat islam pada umumnya. Sebuah kondisi yang diakibatkan oleh gencarnya perang pemikiran dan peradaban, karena sejak dulu musuh-musuh islam telah sadar, bahwa suatu hal yang sangat sulit untuk memindahkan keyakinan umat islam kepada keyakinan mereka. Sehingga merekapun berkesimpulan bahwa tidak penting mengalihkan keyakinan umat islam, tapi yang jauh lebih fundamental adalah mencabut rasa bangga sebagai seorang muslim dari setiap diri umat islam, khususnya generasi mudanya. Sehingga mereka kehilangan kepercayaan diri dan merasa rendah diri untuk memunculkan ajaran agamanya dalam perilaku dan kehidupan sehari-hari. Sehingga perlu adanya sarana pembinaan keislaman dan pola pembiasaan dalam menjalankan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari, dan mentoring mencoba menawarkan itu semua.

Keberadaan kampus memberi kontribusi yang sangat berarti bagi kemajuan suatu bangsa. Dari sinilah lahir pemimpin masa depan yang kelak memegang tonggak kepemimpinan dua puluh sampai tiga puluh tahun kedepan. Kondisi bangsa pada saat itu tercermin dari kondisi pemuda, khususnya mahasiswa pada saat ini. Peran strategis mahasiswa antara lain sebagai:Moral force, Iron stock, Agent of change, Social control. Keempat aspek tersebut merupakan gambaran umum bagaimana semestinya peran mahasiswa dalam menghadirkan bangsa besar dan disegani. Mentoring merupakan bentuk pembinaan yang sangat efektif untuk membina mahasiswa, khususnya mahasiswa muslim ITS untuk menjadi mahasiswa yang memenuhi kriteria diatas.

Tantangan glogal harus dijawab dan dihadapi secara bijak, karena tidak jarang hal ini berujung pada hilangnya jati diri dan kebanggaan sebagai anak bangsa yang beradab dan mempunyai budaya orisinil. Ini terlihat dari sifat generasi bangsa ini yang begitu mudah terjerumus dilembah kehinaan, seperti pergaulan bebas (free sex) , narkoba dan tindakan amoral lainnya yang berujung pada hilangnya masa depan, dan secara kumulatif semakin melumpuhkan keperkasaan negeri zamrud khatulistiwa ini. Untuk itu, diperlukan pola pembinaan yang massif untuk mencegah hal tersebut, dan mentoring adalah salah satu sarana itu.

Program mentoring merupakan bentuk asistensi perkuliahan Agama Islam dan telah menjadi program birokrat ITS sebagai sarana pembinaan dalam membentuk karakter mahasiswa (Character Building) sebagai tindak lanjut (follow up) dari program pelatihan ESQ bagi seluruh mahasiswa baru ITS. Telah disepakati oleh dosen agama, para pembina mentor dan TPKI, bahwa 20% nilai perkuliahan agama islam adalah diambil dari mentoring. Namun perlu dicatat bahwa tujuan mengikuti mentoring bukanlah semata-mata untuk memperoleh nilai agama, tapi lebih pada dalam rangka membina diri untuk mencoba mempelajari islam dan membiasakan berperilaku islami dalam kehidupan sehari-hari.

Allah Berfirman dalam Al Quran Surat Al Ashr ayat 1-3
"Demi masa. Sesungguhnya semua orang adalah dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan mereka saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran"

Dan Al Quran Surat Ali 'Imron ayat 104
"Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung"

Berikut penjelasan tentang mentoring
- Mentoring Kelompok :
merupakan kegiatan pembinaan terhadap mahasiswa baru secara berkelompok yang dibimbing oleh satu orang mentor dari mahasiswa lama. Satu kelompok berjumlah ±10 orang dengan intensitas pertemuan sekali dalam satu pekan selama ± 2 jam dalam setiap pertemuan. Kegiatan ini berlangsung selama satu semester.
- Mentoring Klasikal :
merupakan kegiatan mentoring yang bersifat komunal, mengumpulkan seluruh mahasiswa untuk dibekali materi suplemen yang belum tersampaikan pada saat mentoring kelompok. Contoh : penyuluhan narkoba dll.
- Kegiatan tambahan bisa berupa tafakur alam (outbond), malam bina iman dan taqwa(mabit) atau kegiatan lain yang menjadi kreatifitas mentor-mentor. Dengan catatan bahwa semua kegiatan tersebut harus dikoordinasikan dan seijin Badan Pelaksana Mentoring.
Adapun tujuan dari mentoring adalah:
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa muslim terhadap nilai-nilai ajaran Islam.
2. Meningkatkan pengamalan nilai -nilai Islam dalam perilaku keseharian sebagai wujud kepribadian muslim.
3. Menjadi gerbang moral mahasiswa dalam membentuk kampus yang berakhlak mulia.
4. Menumbuhkan pemikiran ilmiah serta memberikan pemahaman akan potensi mahasiswa yang dapat diabdikan pada masyarakat, bangsa dan negara.
5. Membentuk kedewasaan berpikir akan pentingnya peran dan fungsi mahasiswa
6. Mengarahkan pola pikir kepada wawasan keislaman dan nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran.
7. Menumbuhkan semangat persaudaran (ukhuwah) kepada mahasiswa sehingga tercipta kehidupan yang harmonis.
8. Memberantas buta baca al Qur’an.


Seiring dengan berjalanya proses mentoring, kami dari penguruspun selalu berbenah, kendala teknis terkait keterlambatan pengumpulan nilai, dan format penilaian yang belum bagus telah coba kami benahi, dan Alhamdulillah pada mentoring semester kemarin kami bisa mengumpulkan tepat waktu dengan format yang cukup baik sehingga dosen agama sudah tidak kesulitan dalam menginput nilai mentoring. Alhamdulillah kami juga bisa menghadirkan wajah buku mentoring yang baru, walaupun masih banyak kekurangan dan mungkin belum mengakomodasi keinginan berbagai pihak, untuk itu kritik dan saran yang membangun kami sangat harapkan dari berbagai pihak. Karena kami sadar, bahwa kami sebagai pengelola juga sedang belajar bagaimana bekerja secara professional. Semoga sedikit kontribusi ini bernilai ibadah dihadapan Allah, amiin…wallahu ‘alam bishawab.

Muammar Kadhafi
T. Kelautan 2005
Direktur Badan Pelaksana Mentoring JMMI TPK Islam ITS 08/09

Jumat, 17 April 2009

Nilai A



28 Desember 2006 16:09:55

SK Rektor "Kecurangan merupakan kegagalan satu semester" peringatan itu sepertinya hanya menjadi hiasan yang mengisi sudut kiri atas lembar jawaban ujian. Dimanakah intelektualitas hati mahasiswa ITS sebenarnya?
Kampus ITS; ITS Online -

Jujur saja, sudah lama sekali saya ingin berbagi renungan ini bersama pembaca sekalian. tak jarang kita temui mahasiswa yang modelnya jenius dengan IP tiga koma di ITS. Tahukah kita bahwa sering ditemui kecurangan-kecurangan saat pelaksanaan ujian. Entah itu quiz, UTS, maupun UAS.

Kasus demikian mungkin bukan hal yang begitu penting untuk dipermasalahkan. Yang penting dapat IP bagus dan lulus Cumlaude dengan nilai A yang menjadi idaman bagi siapapun. Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan mimpi itu. Salah satunya dengan kecurangan. Memang tidak semua mahasiswa ITS bersikap demikian.

Lalu bagaimana peran serta mahasiswa dalam memberantas korupsi kalau mahasiswanya sendiri saja tidak jujur. Untuk mencapai sesuatu yang besar tentu dimulai dari pencapaian hal yang kecil dahulu.

Ketika seseorang berusaha untuk jujur tak sedikit yang menganggapnya sok suci atau bahkan sok bisa. Dengan jujur berarti kita talah mensyukuri nikmat Allah yang telah memberikan otak sehat kepada kita. Dengan berusaha jujur berarti kita telah menghargai orang yang telah mempercayai kita. Dengan kejujuran pula berarti kita telah menaruh rasa percaya diri yang besar pada diri kita. Dengan berusaha jujur berarti kita belajar melatih diri kita untuk mendapatkan sesuatu dengan kerja keras dan dengan cara yang mulia.

Kebanyakan orang memang melihat goal (hasil) bukan usaha atau kerja keras untuk mendapatkan itu. Seharusnya kita tidak boleh hanya terpatok pada nilai dalam transkip. Lihat pula transkrip nilai hati kita. Seberapa keras usaha kita dengan cara yang benar untuk meraih itu semua.

Ada satu kisah. Seorang mahasiswa dengan kemampuan biasa-biasa saja belajar mati-matian berusaha keras agar ujiannya berhasil. Ketika ujian tiba, dengan sekuat hati dia tetap teguh untuk jujur. kenyataannya ia tidak mampu menyelesaikan semua soal ujian sehingga nilainya pas-pasan. Berbeda dengan teman-temannya yang sejak awal telah menyusun strategi agar tidak ketahuan mencontek saat ujian. Mereka mendapatkan nilai yang memuaskan. Meskipun sebenarnya otak mereka biasa-biasa saja atau ada juga yang cukup cerdas.

Coba bayangkan seandainya kita mengalami peristiwa di atas. Pasti rasa kecewa akan menghampiri kita. Padahal kita sudah berusaha jujur untuk itu. Lalu berputus asakah kita? Jawabannya tidak. Meski hanya sebutir pasir kebaikan yang kita lakukan, Allah akan membalasnya dengan sesuatu yang luar biasa. Kalau tidak sekarang suatu saat nanti pasti akan kita dapatkan. Jangan takut jujur meski orang jujur itu tak selalu mujur.

Anita
Mahasiswa Biologi 2005
ITS

Senin, 06 April 2009

Lir-ilir


Lir-ilir, lir-ilir
tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo… Sayup-sayup bangun (dari tidur)

Pohon sudah mulai bersemi,
Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,? (blimbing apa??)
walaupun licin(susah) tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang koyak(buruk) disisihkan
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung terang rembulannya
Mumpung banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo…

Tembang diatas sungguh luar biasa maknanya, kanjeng Sunan memberikan pelajaran hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah dan mudah diingat, coba mari kita kupas bait perbait dari makna tembang ini,

1. Lir-ilir, lir-ilir tembang ini dimulai dengan ilir-ilir artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (sejatinya tidur itu mati) bisa juga dimaknai sebagai sadarlah. Tetapi apa yang perlu dibangunkan? yaitu hidup kita (ingsun) hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? fikiran? —terserah kita yang penting disini ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan berdzikir. dzikir yang bagaimana??? (kita tanyakan pada diri kita masing-masing).
dengan berdzikir maka ada sesuatu yang dihidupkan.(kita fikirkan ini)

2. tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar kemudian dilanjutkan dengan bait berikutnya, bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Apakah ini pohon dhohir? tentu tidak pohon disini adalah pohon kalimatan toyyibah. yang akarnya tetap tertancap di bumi dan cabangnya ada empat serta tiap cabangnya menghasilkan buah makrifat atas izin Tuhannya.

3. Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi, Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro. Bait ini memberikan petunjuk bahwa untuk mencapai buah dari pohon itu kita harus jadi anak gembala, apa yang kita gembala? ya diri kita sendiri yang perlu kita gembala, hawa kita, nafsu kita yng perlu kita gembalakan, kita didik dan kita jadikan kendaraan untuk bisa mencapai buah dari pohon toyyibah itu.
Susah susah ya ambil buah itu, meskipun susah buah dari pohon itu harus kita ambil untuk mencuci pakaian kita, pakaian dhohir? tetnu bukan, pakaian disini adalah pakaian Taqwa, pakaian taqwa ini harus kita cuci dengan buah dari pohon itu.

4. Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir, Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore Pakaian kita (taqwa) harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“. Kemudian jika pakaian kita sudah dibersihkan, sudah kita rajut sangat indah maka pakaian kita itu kita kenakan, kita pakai untuk kembali ke Tuhan (Inna LILLAH).

5. Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane, Yo surako… surak hiyo… Bait ini mengingatkan kita untuk cepat-cepat bangun/sadar, cepat mengambil buah dari pohon toyyibah, kemudian mencuci pakaian dengan sari buah/air dari pohon toyyibah tersebut untuk mencuci pakaian kita (pakaian Taqwa). dengan pakaian Taqwa itu kita kembil ke Tuhan dengan menggunakan pakain yang indah. sehingga kita kembali ke pada-NYA sebagai Muttaqin.
Mumpung masih ada kesempatan, mari kita cepat-cepat untuk mengambil buah Itu, untuk bisa mencapai buah itu, kita harus bangun/sadar/nglilir dari tidak sadar/tidur, karena untuk mencapai buah itu sangat licin, mudah terpeleset jadi harus sadar, untuk bisa sadar harus Dzikir karena Dzikir itu untuk menyadarkan ruh kita dan mengingat Tuhan. (Keluar dari Lupa, masuk Kepada Ingat)

Senin, 30 Maret 2009

Saya Sekedar Tukang Parkir


Assalamualaikum

setelah lama tidak posting di blog ini, ALhamdullillah kami masih sempat memperbarui blog dakwah ini lagi. semoga bisa selalu istiqomah, Amin.

Mencoba berselancar di dunia maya, Alhamdullilah kami (Fkiq, red) menemukan sebuah rujukan blog milik jurnalis indonesia yang menetap di Amerika serikat, Agusti Anwar. dalam sebuah ulasannya tentang isi khotbah di masjid amerika sono, ia menulis sebuah pesan bila kehidupan kita ini bak seorang tukang parkir, menjaga sebuah titipan.

berikut adalah postingannya yang kami cuplik di www.agustianwar.multiply.com

Perbandingan kehidupan kita dengan Profesi tukang parkir ternyata dapat demikian tepat.

Hari Jumat ini, khatib di masjid KJRI Los Angeles, Sukardi Ralin, naik mimbar dengan sebuah pesan singkat tentang perlunya mensyukuri nikmat. Perbandingan yang diambil adalah tentang profesi sebagai tukang parkir.

Barangkali pesan perlunya bersyukur sudah kita dengar sering sekali. [Lazim sekali disepadankan dengan 'bersabar']. Kendati demikian, tidak serta merta kita telah berhasil melaksanakannya dengan baik. Bersyukur saja, walau kedengaran sederhana, bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan. Apalagi kalau harus terus-menerus.

Bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita dikatakan sangat perlu, karena semua nikmat itu pun tidak lebih dari sekedar titipan. Semua yang dititipkan dapat saja diambil kembali, kapan saja, oleh pemiliknya. Kalau diambil, kita tidak dapat berbuat apa-apa.

Tukang parkir, kata khatib, dititipkan berbagai jenis mobil; dengan berbagai model; tentu harga yang bermacam-macam. Sebagai tukang parkir, mobil-mobil itu pun dijaga, sebagai sebuah titipan. Lalu, nanti pada waktunya, mobil-mobil itu akan diambil kembali oleh pemiliknya, dibawa pergi. Sebagai tukang parkir, kita tidak bisa menolak atau lainnya, kecuali merelakan.

Jaguar atau Mercedez yang diparkir, akan dibawa pergi pemiliknya. Semua jenis mobil itu, akan dibawa yang empunya. Walaupun halaman parkir kita tadi penuh dengan segala jenis mobil, pada waktunya semua akan pergi lagi, menjadi kosong.

Yang ingin disampaikan sang khatib dengan perandaiannya itu adalah bahwa dalam perjalan kehidupan ini, apabila kita mampu menempatkan diri kita sebagai sekedar tukang parkir saja maka kita akan mampu memaklumi bahwa segala sesuatu yang ada tidak lebih dari sekedar barang titipan. Pada akhirnya sang pemilik akan mengambilnya dan kita tidak dapat berbuat apa pun untuk menolaknya.

Dalam hidup, kita dapat diberi nikmat dalam segala bentuknya. Mulai dari nikmat usia, kesehatan, harta benda, jabatan, apa saja; bahkan kita dititipkan anak-anak kita yang cantik dan baik; segala sesuatu yang sekarang kita punya. Namun semua itu sebetulnya hanya kita miliki sebagai sebuah titipan biasa, yang apabila diambil dari kita tidak banyak yang dapat kita lakukan kecuali menerima.

Usia pun dapat disentakkan Tuhan kapan saja; apalagi sekedar pekerjaan dan jabatan. Tentu saja yang akan membuat kita semakin rugi ketika dalam memegang amanah semua titipan itu kita gagal pula mensyukuri dan memanfaatkannya untuk membuka pintu-pintu kebaikan.

Khatib itu benar; dengan bersyukurlah kita bisa memaklumi segala kesementaraan dalam kehidupan ini. Pada akhirnya umur toh akan dicabut; pekerjaan dan jabatan selesai dan pensiun; harta pun akan habis; bahkan anak-anak permata hati kita akan menjadi dewasa dan kita lepaskan. Semua tidak lebih sekedar titipan.

Ada sudut mata yang terasa basah mendengarkan semua pesan itu. Sebab, saya merasa bahwa saya tidak beda; hanya sekedar seorang tukang parkir saja. Pada waktunya, semua yang dititipkan dapat habis dan berakhir. Sebab semua titipan sifatnya sementara.

Pemilu Indonesia, Riwayatmu kini.

Tanggal 9 April 2009 bangsa Indonesia akan menghadapi pemilu legislatif dimana para caleg akan bersiap-siap untuk menjadi wakil rakyat. Tetapi apa yang terjadi di masyarakat? Banyak sekali masyarakat yang hampir tidak tertarik lagi untuk memilih wakil rakyatnya. Ustad Abu Bakar Ba'asyir juga memberi sinyal untuk golput. Menjadi seorang pemimpin ada pada diri setiap orang, namun hanya sedikit orang yang bisa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang di pimpinnya. Memilih seorang pemimpin adalah pasti, tanpa pemimpin akan terjadi Vacum of Power (kekosongan kekuasaan). Hal ini akan sangat berbahaya bagi kelangsungan bangsa Indonesia.
Wajar bila masyarakat banyak yang memilih untuk golput. Dengan keadaan anggota DPR/MPR baik pusat maupun daerah yang seringkali terlibat berbagai macam kasus kriminalitas sangat dimungkinkan masyarakat lelah untuk memilih pemimpin bila hasil yang diberikan jauh dari harapan masyarakat. Semua itu akan dapat terlihat dari jumlah pemilih pemilu legislatif 9 April Mendatang.

Penulis : Limpat Panggraito Sekertaris FKIQ

Pemilu 2009: Memilih atau Tidak Memilih?

Sebagaian masyarakat begitu muak melihat gaya hidup anggota DPR. Karenanya, sebagian bahkan berfikir tidak memilih. Tapi apa efeknya?

Oleh : Nuim Hidayat *

Pemilu 2009 ini mungkin dilema bagi orang-orang muslim yang terpelajar, kritis dan bukan caleg. Memillih atau tidak memilih. Diskusi ramai baik di kantor-kantor, masjid atau internet tentang pemilu ini. Suara mengajak golput pun mengemuka baik oleh beberapa aktivis gerakan Islam, seperti HTI, Anshorut Tauhid maupun beberapa kelompok sekuler yang frustasi terhadap sistem demokrasi di Indonesia .
Pemilu yang ketiga paska tumbangnya Orde Baru ini, memang menjadikan banyak orang semakin kritis. Rakyat melihat bagaimana sehari-hari polah tingkah wakil yang dipilihnya selama lima tahun atau sepuluh tahun itu. Bagaimana kepedulian wakil rakyat partai-partai Islam itu kepada orang-orang miskin, kepada kader-kader dakwah yang melarat, gagasan-gagasan pembangunan yang Islami dan keseriusan perjuangan mereka dalam menegakkan nilai-nilai Islam di daerah dan nasional dalam Undang-undang dan lain-lain.
Kita memahami adanya sekelompok orang yang menginginkan golput dalam pemilu ini. ”Pemilu ini seperti judi,”kata Ridwan Saidi. Maksudnya banyaknya caleg yang mengeluarkan uang milyaran dan berharap uang akan balik modal ketika ia menjabat, memang sekilas seperti judi. Tapi, mungkin orang lain bisa berpendapat seperti investasi dalam dagang.
Meutya Hafidz caleg dari Partai Golkar, dalam sebuah dialog di Metro TV sekitar sebulan lalu, menyatakan bahwa ia telah mengeluarkan uang 300 juta dalam kampanyenya di Sumatra Utara. ”Mungkin nanti akan menghabiskan sampai 500 jutaan” tuturnya. Mantan wartawan yang pernah disandera mujahidin Irak ini menyatakan bahwa itu adalah biaya untuk spanduk, pamflet, jamuan makan untuk konstituen, tim yang membantunya dalam kampanye dan lain-lain. Ia menyatakan biaya yang ia keluarkan seharusnya sampai 1 milyar sampai kampanye selesai nanti.
Memang biaya pemilu nasional tahun ini luar biasa. Yaitu menurut KPU sebesar Rp. 47.941.202.175.793, hampir 48 trilyun. Dengan jumlah pemilih (DPT) sekitar 174 juta orang. Bila dijumlahkan antara pengeluaran yang dibelanjakan oleh para caleg dan anggaran dari KPU mungkin jumlahnya lebih dari 60 trilyun.
Sistem Pemilu
Memang kalau kita amati, sistem pemilu ini luar biasa borosnya. Bagi orang-orang yang telah mengikuti beberapa pemilu, kemungkinan besar akan jengkel dengan banyaknya spanduk, pamflet, billboard, bendera yang dipajang hampir di tiap gang, atau jalan-jalan di kota. Bila kita melihat ’model demokrasi’ yang diterapkan di Malaysia atau di negara-negara maju, nampaknya tidak norak seperti yang terjadi di Indonesia.
Pemborosan ini, makin bertambah bila model pemilihan bupati/walikota atau gubernur tidak diubah. Kabarnya di pemerintahan atau DPR sendiri kini sedang diupayakan untuk penghapusan pemilihan langsung kepala daerah itu.
Terhadap pemborosan negara ini, kita teringat nasehat Sultan Muhammad al Fatih, pembebas Konstantinopel Turki kepada anaknya (dan juga kepada para pemimpin-pemimpin negara) : ” Janganlah kamu menghambur-hamburkan harta negara dalam foya-foya dan senang-senang atau kamu pergunakan lebih dari yang sewajarnya. Sebab itu semua merupakan penyebab utama kehancuran.”
Memang bila para calon anggota DPR mengeluarkan ratusan juta atau milyaran dalam kampanye, mungkin kita akan sulit mengharapkan anggota DPR itu tidak memboroskan uang negara. Perhitungan modal atau investasi 1 milyar misalnya, maka anggota DPR mungkin akan berhitung bila gaji mereka di senayan 50 juta sebulan ditambah uang sidang dan lain-lain 60 juta misalnya (bulan-bulan tertentu bisa 75-100 juta), maka dalam waktu tidak lebih dari 17 bulan uang akan balik modal. Maka 43 bulan berikutnya adalah tinggal memanen untung. (Tentu ada pengecualian bagi calon wakil-wakil rakyat yang melarat atau yang mengeluarkan dana hanya puluhan juta).
Padahal, harusnya partai-partai Islam, PKS, PBB, PPP dan lain-lain bila ingin mengadakan perubahan secara fundamental di negeri ini, maka caleg-caleg itu harusnya minta penurunan gaji, bukan kenaikan gaji. Gaji 25 juta dengan ritme kerja DPR Pusat yang kerjanya rombongan itu (lain dengan menteri yang pekerjaannya individual), tentu sudah cukup memadai. Seorang wakil rakyat, apalagi dari partai Islam, harusnya memberikan teladan tidak memboroskan uang negara. Tapi sulit kita mengharap mereka akan minta dan berjuang untuk penurunan gaji, karena perhitungan modal kampanye yang telah mereka keluarkan. Apalagi bila caleg itu tidak bisa mengekang nafsu memmiliki harta itu yang memang tidak ada habisnya. Orang yang kaya biasanya ingin terus bertambah-tambah kekayaannya.
Kenapa gaji DPR perlu diturunkan? Karena DPR adalah wakil rakyat yakni yang mewakili suara rakyat. Ketika gaji DPR besar, maka Gaji Menteri, Presiden atau Pejabat Negara lain ingin lebih besar pula. Karena yang membuat UU untuk penggajian adalah DPR, maka merekalah yang harusnya memberi teladan terlebih dahulu. Mereka seharusnya mikir bahwa di tengah-tengah mereka rakyat miskin masih berjumlah hampir 40 juta orang dengan penghasilan di bawah 200 ribu per bulan. Maka kadangkala timbul pertanyaan di benak gaji wakil rakyat 50 juta sebulan itu halal, haram atau syubhat? (Ingat harta itu adalah harta rakyat. Ibaratnya DPR atau pegawai pemerintah itu seperti amil yang harus mengalokasikan gaji untuk harta yang dkumpulkan amil itu sekedarnya. Bukan menjadi amil kemudian menumpuk-numpuk kekayaan dari harta rakyat itu. Barangkali perkecualian bagi anggota-anggota DPR yang bersedekah separo gajinya atau lebih).
Tidak Memilih?
Melihat gaji, kinerja dan gaya hidup sebagian besar anggota DPR, kita mungkin muak. Mengaku wakil rakyat, tapi seringkali ia hanya mewakili dirinya sendiri atau partainya dan dalam kerja sehari-harinya tidak serius memikirkan rakyat. Bila dalam masa kampanye menyerukan agar berbondong-bondong masyarakat miskin atau kader-kader hadir atau mendukungnya, seringkali setelah terpilih, dan rakyat miskin itu butuh bantuan, kebanyakan penyakit ”pelit bin medit (Jawa, red)” menghinggapi (cerita banyaknya kader-kader yang miskin butuh bantuan tidak dipedulikan anggota DPR itu sangat banyak). Lupa otaknya terhadap kader-kader yang naik motor berpanas-panasan, bensin beli sendiri, bahkan kadang-kadang harus merelakan cuti kantor atau tidak mendapatkan uang hari itu karena mendukung caleg atau partai itu.
Akhirnya dengan model gaya hidup anggota DPR itu, banyak orang berfikir nggak ada gunanya untuk milih. Kelakuan partai sekuler dan partai Islam ternyata sama saja.
Kita memahami cara berfikir orang-orang golput ini. Tapi pertanyaannya ’dengan tidak memilih itu’ apakah pemilu gagal? Apakah keadaan akan berubah lebih baik? Pertanyaan itu yang harus kita jawab.
Bila kita berpikir cermat, maka memilih ternyata lebih baik. Meski kebanyakan wakil rakyat adalah ’brengsek’, tapi masih ada beberapa orang yang baik. Mereka yang muslimnya bagusnya, hidupnya sederhana, peduli kepada masyarakat miskin, suka bekerja keras dan lain-lain. ”Bila kita tidak memilih maka suara kita yang mestinya masuk ke orang-orang yang mungkin baik itu (caleg-caleg partai Islam), jadi hilang,”kata politisi Islam, Hartono Mardjono dan Hussein Umar almarhum. Suara partai sekuler/kristen jadi tambah, karena mereka tidak menganjurkan golput. Bila kita memilih ada kemungkinan orang yang baik terpilih. Bila tidak, maka kemungkinan orang baik terpilih itu jadi hilang. Apalagi ketika gereja-gereja menyuruh warganya memilih. Arti memilih itu lebih penting lagi, ketika masyarakat Islam menjadi minoritas atau seimbang komposisinya di sebuah daerah pemilihan dengan orang non Muslim.
Maka penulis ingat ketika Pak Natsir dan tokoh-tokoh Masyumi tidak menganjurkan golput di tahun 70, 80 atau 90 an, meski saat itu yang naik ke panggung politik adalah para politisi Islam kelas dua. Pak Natsir, Pak Roem, Pak Syafruddin politisi Islam kelas satu, dilarang berpolitik saat itu dan akhirnya membentuk Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. Para tokoh itu melihat perubahan masyarakat, bukanlah berpangkal dari politik, perubahan masyarakat dari pendidikan dan dakwah. Politik hanyalah membantu perubahan itu dan ia bukan titik sebab atau sentral perubahan.
Begitulah, keadaan ini kita jalani. Karena kita memang ditakdirkan hidup di Indonesia yang lagi euforia terhadap kebebasan. Kita tidak hidup di Arab Saudi yang tidak ada pemilu. Kita ingin memperbaiki negeri Indonesia ini agar lebih baik dan lebih Islami. Dan dalam sunnatullah perubahan sosial, perubahan masyarakat itu terjadi bertahap. Tidak ada perubahan di dunia ini, perubahan sosial yang tiba-tiba meskipun dengan revolusi.
Apalagi dan alhamdulillah kita di Indonesia ini, para tokoh-tokoh Islam pendahulu kita telah memperjuangkan Piagam Jakarta menjadi landasan negara. Meski kemudian yang disahkan adalah UUD 45 setelah proklamasi 1945, tapi dalam Dekrit 5 Juli 1959 dinyatakan bahwa Piagam Jakarta menjiwai UUD 45. Menurut tokoh Masyumi Mohammad Roem, Piagam Jakarta itu lebih tinggi dari UUD 45. Karena jiwa lebih tinggi dari fisik. Artinya perjuangan penegakan syariat Islam di negeri ini, mempunyai landasan yang kuat di negeri ini. Tergantung saat ini bagaimana para ahli hukum Islam dan kita semua masyarakat Islam, baik yang berjuang dalam sistem maupun luar sistem bersama-sama mengaplikasikan syariat Islam ini menjadi Undang-undang yang ’applicable’.
Dan sunnatullah perjuangan adalah dimulai dari pemimpin. Baik pemimpin formal (anggota DPR, menteri, bupati/gubernur dll) maupun pemimpin informal (pemegang media massa, kiyai, ustadz, dosen, guru, aktivis gerakan dan lain-lain).
Bila pemimpin tidak memberikan teladan, maka rusaklah pengikut-pengikutnya. Biasanya kerusakan sebuah gerakan, partai atau organisasi, bahkan negara dimulai dari kerusakan pemimpin-pemimpinnya. Pepatah yang terkenal ”Ikan busuk dari kepalanya”. Dan kesederhanaan, tidak bermewah-mewah adalah ciri utama dari seorang pemimpin Islam.
Maka suatu hari di tahun 1925, Mohammad Roem diajak ngaji oleh Kasman Singodimedjo dan Soeparno ke rumah Haji Agus Salim. Jalan ke rumah Agus Salim itu becek bila kena hujan dan saat Kasman datang, Agus Salim Salim berkomentar: ”Hari ini anda datang secara biasa. Kemarin peranan manusia dan sepeda terbalik.” Kasman menjelaskan ke Roem bahwa kemarin ia ditunggangi sepeda bukan ia menunggangi sepeda. Maka Kasman menjawab ke Agus Salim : ”Een leidersweg is een lijdensweg, Leiden is lijden.” Maknanya : ”Jalan pemimpin bukan jalan yang mudah, Memimpin adalah menderita.”
Penulis adalah Sekjen Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Kota Depok

Rabu, 14 Januari 2009

Kalah



Semua mengecam Israel. Aksi bengisnya membunuh ratusan rakyat Palestina sejak dulu menuai hina. Namun, yang perlu diingat sejatinya Israel bisa ada dalam diri kita. Bangsa ini adalah contoh dari sebuah peradaban yang kalah.

Kekalahan yang saya maksud adalah kalahnya cahaya manusiawi, akal, yang telah digantikan oleh hawa nafsu. Kini hawa nafsu yang berkuasa dan akal jadi budak. Dari kepemimpinan nafsu inilah lahir berbagai sifat hewaniyah. Seperti sombong, angkuh arogan, dan selalu serakah, ingin menang sendiri.

Semua orang pun juga bisa berpotensi seperti ini. Apabila cinta dunia sudah membutakan cahaya illahi dalam ruhiyah, maka akal senjata utama khalifah fill ard ini akan lumpuh. Dan saat itulah kekalahan kita. Kalah dalam perang melawan hawa nafsu sendiri.

Dunia yang menawarkan kebahagiaan memang menjadi senjata utama bagi nafsu untuk selalu ingin menang sendiri. Hidup glamor dengan sejuta anggur yang diteguk mampu memabukan kita dari rasa saling memberi dan berbagi.

Contoh nyata satu lagi adalah sebuah fenomena akan krisis global. Tanpa sadar masalah ini berasal dari jiwa kita yang lambat laun sudah dikuasai nafsu. Semua selalu ingin enaknya sendiri. Muda kaya raya, tua foya-foya. Yang kaya ingin makin kaya dan si miskin tak ada yang peduli.

Dari sebuah kerakusan berawallah krisis yang nantinya diramalkan bakal mengakibatkan pemutusan hubungan besar-besaran ini. Dari penggunaan kredit yang macet hingga ulah salah seorang yang benar-benar tahu akan kekalahan kita.

Nah, biang keladi tersebut salah satunya adalah Bernard ”Bernie” Madoff. Yahudi umur 80 tahun ini benar-benar memanfaatkan rasa cinta dunia yang berlebih dari kalangan kaya dunia. Ia menawarkan semacam sistem dengan bunga yang lebih besar dari Bank manapun. Alhasil, ratusan triliun mengalir begitu cepat pada perusahaannya.

Lacur, apa daya, para manusia yang ingin selalu berlebihan ini tak mengerti bila uang yang telah ia percayakan pada “Bernie” akan lenyap. Dalam sebuah artikel yang berjudul rekor si pendosa beralih ke Bernie, Dahlan Iskan menjelaskan bila sistem yang digunakan adalah mengharuskan adanya sistem berantai atau biasa disebut piramid. Harus ada seseorang setelah anda yang juga menaruh disana, maka anda akan mendapat bunga yang menarik. Bila tidak ada, atau ada seseorang yang menarik uang dari piramid riba ini, maka hancurlah sistem keuangan ini.

Dan kehancuran ini benar-benar terjadi. Dampaknya pun memukul telak dunia hingga hampir setengah KO. Krisis ini muncul, dari tangan orang-orang yang melebihi batas dalam mengeruk dunia. Mereka dikalahkan oleh hawa nafsu duniawi yang ingin selalu berlebihan.

Disaat ini, mungkin salah satu petuah bijak lama kembali menemukan makna. Petuah dari hadist Rasullullah yang menganjurkan setiap diri agar tak larut dan hidup secara berlebihan. Makanlah secukupnya dan berhentilah makan sebelum kenyang. Kata-kata yang sederhana, bukan? Tapi memang begitu sulit menerapkannya dijaman yang segalanya sudah mulai dirambah oleh semangat kapitalis.

Di akhir tulisan ini, diri sendiri ingin berkaca apakah selama ini akal sudah dikuasai nafsu. Apakah diri ini sudah kalah? Sebuah pertanyaan yang sampai saat ini selalu membuat diri ini selalu berpikir optimum hingga mencapai titik tertinggi kurva pemikiran.

Namun, disaat diri ini sibuk mengevaluasi, seruan itu datang lagi. Seruan yang sayup-sayup terdengar syahdu ke dalam hati para insan pendamba kemenangan. Melawan hawa nafsu. Seruan itu berbunyi marilah sholat, marilah menuju kemenangan.

Semoga kita selalu bisa melewati peperangan dengan diri sendiri. Perang melawan hawa nafsu. Amin