Jumat, 17 April 2009

Nilai A



28 Desember 2006 16:09:55

SK Rektor "Kecurangan merupakan kegagalan satu semester" peringatan itu sepertinya hanya menjadi hiasan yang mengisi sudut kiri atas lembar jawaban ujian. Dimanakah intelektualitas hati mahasiswa ITS sebenarnya?
Kampus ITS; ITS Online -

Jujur saja, sudah lama sekali saya ingin berbagi renungan ini bersama pembaca sekalian. tak jarang kita temui mahasiswa yang modelnya jenius dengan IP tiga koma di ITS. Tahukah kita bahwa sering ditemui kecurangan-kecurangan saat pelaksanaan ujian. Entah itu quiz, UTS, maupun UAS.

Kasus demikian mungkin bukan hal yang begitu penting untuk dipermasalahkan. Yang penting dapat IP bagus dan lulus Cumlaude dengan nilai A yang menjadi idaman bagi siapapun. Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan mimpi itu. Salah satunya dengan kecurangan. Memang tidak semua mahasiswa ITS bersikap demikian.

Lalu bagaimana peran serta mahasiswa dalam memberantas korupsi kalau mahasiswanya sendiri saja tidak jujur. Untuk mencapai sesuatu yang besar tentu dimulai dari pencapaian hal yang kecil dahulu.

Ketika seseorang berusaha untuk jujur tak sedikit yang menganggapnya sok suci atau bahkan sok bisa. Dengan jujur berarti kita talah mensyukuri nikmat Allah yang telah memberikan otak sehat kepada kita. Dengan berusaha jujur berarti kita telah menghargai orang yang telah mempercayai kita. Dengan kejujuran pula berarti kita telah menaruh rasa percaya diri yang besar pada diri kita. Dengan berusaha jujur berarti kita belajar melatih diri kita untuk mendapatkan sesuatu dengan kerja keras dan dengan cara yang mulia.

Kebanyakan orang memang melihat goal (hasil) bukan usaha atau kerja keras untuk mendapatkan itu. Seharusnya kita tidak boleh hanya terpatok pada nilai dalam transkip. Lihat pula transkrip nilai hati kita. Seberapa keras usaha kita dengan cara yang benar untuk meraih itu semua.

Ada satu kisah. Seorang mahasiswa dengan kemampuan biasa-biasa saja belajar mati-matian berusaha keras agar ujiannya berhasil. Ketika ujian tiba, dengan sekuat hati dia tetap teguh untuk jujur. kenyataannya ia tidak mampu menyelesaikan semua soal ujian sehingga nilainya pas-pasan. Berbeda dengan teman-temannya yang sejak awal telah menyusun strategi agar tidak ketahuan mencontek saat ujian. Mereka mendapatkan nilai yang memuaskan. Meskipun sebenarnya otak mereka biasa-biasa saja atau ada juga yang cukup cerdas.

Coba bayangkan seandainya kita mengalami peristiwa di atas. Pasti rasa kecewa akan menghampiri kita. Padahal kita sudah berusaha jujur untuk itu. Lalu berputus asakah kita? Jawabannya tidak. Meski hanya sebutir pasir kebaikan yang kita lakukan, Allah akan membalasnya dengan sesuatu yang luar biasa. Kalau tidak sekarang suatu saat nanti pasti akan kita dapatkan. Jangan takut jujur meski orang jujur itu tak selalu mujur.

Anita
Mahasiswa Biologi 2005
ITS

Senin, 06 April 2009

Lir-ilir


Lir-ilir, lir-ilir
tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo… Sayup-sayup bangun (dari tidur)

Pohon sudah mulai bersemi,
Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,? (blimbing apa??)
walaupun licin(susah) tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang koyak(buruk) disisihkan
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung terang rembulannya
Mumpung banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo…

Tembang diatas sungguh luar biasa maknanya, kanjeng Sunan memberikan pelajaran hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah dan mudah diingat, coba mari kita kupas bait perbait dari makna tembang ini,

1. Lir-ilir, lir-ilir tembang ini dimulai dengan ilir-ilir artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (sejatinya tidur itu mati) bisa juga dimaknai sebagai sadarlah. Tetapi apa yang perlu dibangunkan? yaitu hidup kita (ingsun) hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? fikiran? —terserah kita yang penting disini ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan berdzikir. dzikir yang bagaimana??? (kita tanyakan pada diri kita masing-masing).
dengan berdzikir maka ada sesuatu yang dihidupkan.(kita fikirkan ini)

2. tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar kemudian dilanjutkan dengan bait berikutnya, bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Apakah ini pohon dhohir? tentu tidak pohon disini adalah pohon kalimatan toyyibah. yang akarnya tetap tertancap di bumi dan cabangnya ada empat serta tiap cabangnya menghasilkan buah makrifat atas izin Tuhannya.

3. Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi, Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro. Bait ini memberikan petunjuk bahwa untuk mencapai buah dari pohon itu kita harus jadi anak gembala, apa yang kita gembala? ya diri kita sendiri yang perlu kita gembala, hawa kita, nafsu kita yng perlu kita gembalakan, kita didik dan kita jadikan kendaraan untuk bisa mencapai buah dari pohon toyyibah itu.
Susah susah ya ambil buah itu, meskipun susah buah dari pohon itu harus kita ambil untuk mencuci pakaian kita, pakaian dhohir? tetnu bukan, pakaian disini adalah pakaian Taqwa, pakaian taqwa ini harus kita cuci dengan buah dari pohon itu.

4. Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir, Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore Pakaian kita (taqwa) harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“. Kemudian jika pakaian kita sudah dibersihkan, sudah kita rajut sangat indah maka pakaian kita itu kita kenakan, kita pakai untuk kembali ke Tuhan (Inna LILLAH).

5. Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane, Yo surako… surak hiyo… Bait ini mengingatkan kita untuk cepat-cepat bangun/sadar, cepat mengambil buah dari pohon toyyibah, kemudian mencuci pakaian dengan sari buah/air dari pohon toyyibah tersebut untuk mencuci pakaian kita (pakaian Taqwa). dengan pakaian Taqwa itu kita kembil ke Tuhan dengan menggunakan pakain yang indah. sehingga kita kembali ke pada-NYA sebagai Muttaqin.
Mumpung masih ada kesempatan, mari kita cepat-cepat untuk mengambil buah Itu, untuk bisa mencapai buah itu, kita harus bangun/sadar/nglilir dari tidak sadar/tidur, karena untuk mencapai buah itu sangat licin, mudah terpeleset jadi harus sadar, untuk bisa sadar harus Dzikir karena Dzikir itu untuk menyadarkan ruh kita dan mengingat Tuhan. (Keluar dari Lupa, masuk Kepada Ingat)