Senin, 29 Desember 2008

Refleksi 1 Muharam 1430 H

Memisahkan Yang Beradab dan Jahiliah ?

Dikutip dari Harian Jawapos
Oleh A. Mustofa Bisri *

Penanggalan Islam bermula dari ide Amirulmukminin Umar Ibn Khatthab r.a.( 586-644 M). Ide itu muncul setelah sahabat Umar mendapat surat dari Abu Musa 'Asy'ari r.a.Gubernur di Kufah itu menyatakan bahwa dirinya telah menerima beberapa surat yang tidak ?bertanggal.Amirulmukminin pun, seperti kebiasaannya, mengumpulkan tokoh-tokoh sahabat -seperti sayidina Utsman Ibn 'Affan dan sayidina Ali Ibn Abi Thalib- untuk diajak bermusyawarah mengenai idenya tentang ?penanggalan Islam itu.

Dalam musyawarah muncul bermacam-macam pendapat mengenai hari bersejarah apa yang akan dijadikan patokan bagi penanggalan Islam. Ada yang berpendapat sebaiknya tarikh Islam dimulai dari tahun lahirnya Nabi Muhammad SAW. Tetapi, ada yang sebaliknya, mengusulkan dimulai dari wafatnya; ada yang berpendapat sebaiknya dimulai dari saat Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul. Juga ada yang berpendapat sebaiknya dimulai dari saat Rasulullah SAW diisramikrajkan serta ada yang berpendapat sebaiknya kalender Islam dimulai dari tahun Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.

Akhirnya, usul yang terakhir itu yang menjadi keputusan. Dibandingkan dengan tonggak-tonggak sejarah dalam Islam yang lain, hijrah ke Madinah memang merupakan yang paling bermakna. Hijrah merupakan tonggak pemisah antara kondisi jahiliah di Makkah dan kondisi peradaban Islam di Madinah. Tonggak pemisah antara kekufuran dan iman; kemusyrikan dan ketauhidan. Atau, menurut istilah sayidina Umar r.a., merupakan pemisah antara yang ?haq dan yang batil.

Semangat hijrah dari satu kondisi ke kondisi yang lain, terutama dari yang buruk ke yang baik, diharapkan terus menyala di dada umat Muhammad SAW. Sebab, setiap tahun baru mereka diingatkan kembali kepada peristiwa ?bersejarah yang penuh makna itu.

Bukan hanya perpindahan fisik dari Makkah ke Madinah. Meskipun itu saja sudah memerlukan pengorbanan yang besar. Diharapkan lebih dari itu, orang bisa teringat betapa kebodohan dan keangkuhan jahiliah ditinggalkan muslim-muslim teladan di bawah pimpinan sang pemimpin teladan Nabi Muhammad SAW menuju peradaban dan keluhuran akhlak.

Perselisihan digantikan oleh persatuan. Permusuhan digantikan oleh persaudaraan. Kesombongan digantikan oleh kerendahan hati. Fanatisme buta digantikan oleh tawassuth wal I'tidaal. Merasa pintar dan benar sendiri ?digantikan oleh ketawadukan dan kesediaan menghargai pihak lain. Bila hijrah secara fisik sudah tidak ada, kita masih bisa mengambil hikmah dari maknanya yang agung itu.

Di tahun baru Hijriah ini kita, misalnya, bisa kembali menghadirkan tokoh-tokoh Muhajirin dan Ansor yang begitu mulia budi pekertinya untuk kita teladani. Mereka tak henti-hentinya menebar kasih sayang ke mana-mana, terutama dengan amar makruf nahi mungkar. Mereka tidak saling membenci dan saling menghina. Mereka yang memiliki kelebihan justru bersikap tawaduk kepada sesama.

Dan, yang memiliki kelebihan ilmu, misalnya, tidak menjadi pongah dan merendahkan orang lain. Yang memiliki harta tidak menjadi congkak dan bakhil terhadap sesama. Semua meniru belaka pemimpin agung mereka, Nabi Muhammad SAW, Nabi Kasih Sayang yang memiliki kelebihan tak ada bandingannya, namun selalu bersikap tawaduk dan rendah hati.

Mudah-mudahan kita diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk melakukan hijrah dari kondisi jahiliah yang tengik menuju kondisi peradaban yang beradab. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk menundukkan ego kita sendiri yang degil dan melawan setan yang terkutuk, serta memudahkan kita mendapatkan keridaan-Nya. Amin. ?Selamat Tahun Baru!

Selamat ''Berhijrah''

*. KH A. Mustofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Tabilin, Rembang

Sabtu, 27 Desember 2008

Burung Beo & Pak Kyai

Syahdan, disebutkan hiduplah seorang kyai kharismatik di pulau Jawa. Ia memiliki pesantren yang demikian besarnya dan tak diragukan, keharuman hegemoni pesantren yang ia asuh, tersebar luas ke seantero nusantara. Jumlah santrinya ribuan. Mereka berdatangan dari pelosok desa dan kota, demi mencicipi nikmatnya tholabul 'ilmi di bawah bimbingan sang kyai.

Kyai ini memiliki memiliki hobi yang unik, yakni memelihara burung Beo. Ia sangat sayang pada burung Beo peliharaannya. Saking sayangnya, pak Kyai tak ingin Beonya dipelihara oleh siapan pun, termasuk santri khodim dalem. Pak kyai ingin mengurusinya sendiri. Mulai dari memberikan makan, membersihkan kandang, dan memandikan, semuanya pak Kyai sendiri yang melakukan. Ia mengajarkan burung Beo kesayangannya untuk "mengucapkan" kalimah yang indah, kalimah tahlil, "Laa ilaaha illallaah". Begitulah, apa yang disiulkan si burung Beo tiap harinya bukanlah suara yang lain kecuali apa yang diajarkan oleh tuannya, yaitu lafadz : Laa ilaaha illallaah.

Hari-hari berjalan dengan damainya. Pak Kyai masih menikmati hobinya, memelihara burung Beo, di samping ia juga mengajarkan hikmah ilmu ke segenap santrinya. Hingga, hari naas itu pun datang.

Saat itu, pak Kyai membiarkan burung Beonya beterbangan. Pikir beliau, karena Beonya sudah lama ia pelihara, tentunya Beo itu sudah "kuthuk", tak akan terbang jauh-jauh dari sangkar.

Tapi, tanpa dinyana, ada seekor kucing yang mengincar burung Beo yang asyik terbang itu. Dan ketika burung Beo terbang rendah di atas tanah, si kucing pun berhasil menggapainya. Langsung saja, setelah berhasil mendapatkan buruan, si kucing tak tinggal diam. Ia berlari mengamankan santapan. Burung Beo yang berada di jepitan gigi runcingnya hanya mencicit kesakitan, "ciiit, ciit, ciit". Kasihan.

Pak Kyai yang tahu Beonya diembat kucing bukannya tak tinggal diam. Namun apalah daya, fisiknya yang sudah sepuh, tak kuat untuk mengimbangi lari si kucing.

Sejak kematian Beonya tersebut, Pak Kyai kelihatan lebih banyak bermuram durja. Ia mengurung diri di dalam kamar. Aktifitas mengaji yang biasa ia bina, dibadalkannya kepada santri senior kepercayaan. Pak Kyai hanya keluar dari kamar bila waktunya sholat berjama'ah. Pada saat itu, para santri jelas melihat wajah kyainya yang muram, tanpa senyuman.

Tak ingin menyaksikan sang kyai terus-terusan bersedih, para santri senior yang duduk dikepengurusan pondok akhirnya syawir. Mereka berinisiatif membelikan pak Kyai burung Beo yang baru. Mereka berharap, dengan Beo yang baru pak Kyai tak lagi murung dan bersedia kembali mengajar mengaji.

Tapi, apa kata pak Kyai setelah tahu para santrinya membelikan ia burung Beo? "Wahai para santri, saya bersedih bukan karena kematian burung Beo atau karena merasa kehilangan. Tahukah kalian, aku sedih karena membayangkan nasib saya saat menemui ajal nantinya."

Para santri kebingungan, apa hubungannya burung Beo dengan ajal? Pak Kyai paham apa yang dipikirkan santrinya, ia pun melanjutkan,"Lihatlah, burung Beo yang saya ajarkan hanya mengucapkan "Laa ilaaha illallah" saja, saat ia menemui ajalnya digigitan kucing, ia tak tak mengucapkan "Laa ilaaha illallah". Hanya berceruwit. Ke mana lafadz tahlil yang ia kicaukan tiap hari itu?"

Beo saja, lanjut sang Kyai, yang tak pernah maksiat, tak pernah mencaci maki, tak pernah menghina, dan tak pernah berkata kotor, saat ajal tiba sekalipun ia lupa akan tahlil yang biasa ia siulkan. "Lalu bagaimana dengan saya nanti, dengan mulut dan hati yang penuh kemaksiatan? Akankah saya selamat mengucapkan kalimah thoyyibah itu saat menjelang sekarat pati? Itulah yang saya khawatirkan wahai para santriku," tutur sang Kyai dengan air mata berlinang.

dicuplik dari
www.masjid.its.ac.id

Jumat, 26 Desember 2008

Anjuran Bird Wacthing Dalam Al-Quran




Benar memang, bila ada pernyataan yang menyebutkan jika kau sering berkelana menikmati alam maka hati mu juga akan terasah.

Alam menawarkan sejuta pesona. Dari hijaunya kumpulan mangrove hingga kicau burung nan indah yang selalu mampu membuat hati kita bergetar kagum.

Dan lewat Alquran sang khalik telah mengingatkan hambanya bila sekumpulan burung yang terbang hendaknya akan selalu mengingatkan kita akan kebesaranNya.

Berikut adalah surat An Nahl ayat 79

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. sesungguhnya pada yang demikian itu benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (QS. 16:79)

Mengapa Kita Membaca Al-Quran Meskipun Kita tak Mengerti Satupun Artinya

Dicuplik dari yahoo groups alumnibits
dari citra zenobea

YM id Bee_lucu

"Semoga Dapat Mengambil Hikmahnya"

Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya.

Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. Suatu hari sang cucu nya bertanya, " Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur ' An seperti yang kakek lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur' An?

Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di tungku pemanas sambil berkata, " Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air." Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya.

Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi," Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah.

Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah bolong, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, " Aku tidak mau satu ember air ; aku hanya mau satu keranjang air. Ayolah, usaha kamu kurang cukup," maka sang kakek
pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu.

Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap
akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah. Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai
didepan kakek keranjang sudah kosong lagi.

Sambil terengah-engah ia berkata, " Lihat Kek, percuma!"

" Jadi kamu pikir percuma?" Kakek berkata, " Lihatlah keranjangnya. "

Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah
dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih,luar dalam.

"Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur ' An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca
nya lagi, kamu akan berubah, didalam dan diluar dirimu.

Kamis, 25 Desember 2008

Belajar Dari Jam

Seorang pembuat jam berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, sanggupkah kamu berdetak 31.104.000 kali selama setahun?” “Ha?! Sebanyak itukah?!” kata jam terperanjat, “Aku tidak akan sanggup!”
“Ya sudah, bagaimana kalau 86.400 kali saja dalam sehari?”
“Delapan puluh ribu empat ratus kali?! Dengan jarum yang ramping seperti ini?! Tidak, sepertinya aku tidak sanggup,” jawab jam penuh keraguan.
“Baik, bagaimana jika 3.600 kali dalam satu jam?”
“Dalam satu jam berdetak 3.600 kali? Tampaknya masih terlalu banyak bagiku.” Jam bertambah ragu dengan kemampuannya.

Dengan penuh kesabaran, tukang jam itu kembali berkata, “Baiklah kalau begitu, sebagai penawaran terakhir, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”
“Jika berdetak satu kali setiap detik, aku pasti sanggup!” Kata jam dengan penuh antusias. Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.
Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali dalam setahun, yang juga setara dengan berdetak 86.400 kali dalam sehari, yang setara pula dengan berdetak 3.600 kali dalam satu jam.

Pesan dari kisah tersebut:
Kita sering meragukan dan underestimated terhadap kemampuan diri sendiri untuk mencapai goal, pekerjaan, dan cita-cita yang tampak sangat besar. Kita lantas menggangapnya sebagai hal sangat berat yang tidak mungkin dapat kita angkat. Namun sebenarnya apabila hal yang dianggap besar tersebut kita perkecil dan perkecil lagi, lantas kemudian kita realisasikan hal-hal kecil tersebut secara konsisten serta kontinu, niscaya hal besar yang semula kita anggap tidak mungkin tercapai itu akan terealisasikan.

Intinya, hal besar akan tercapai dengan konsistensi dan kontinuitas, atau dengan istilah lain yang sering digunakan masyarakat: istiqamah! Tentu melekatkan konsistensi dan kontinuitas kepada diri sendiri itu bukan hal yang mudah, karena akan menimbulkan kelelahan yang sangat.

Al-Mutanabbi berkata dalam syairnya yang masyhur,

Dan sekiranya jiwa itu besar,
tentulah jasad itu akan letih dalam menggapai maksudnya.

[Khizānah al-Adab I/251.]

Ingat, seribu langkah tidak akan ada tanpa adanya satu langkah pertama. Garis panjang hanyalah merupakan kumpulan dari titik-titik.

http://adniku.wordpress.com

Sabtu, 13 Desember 2008

Desember, Bulan Menanam

Bulan Desember dijadikan bulan menanam oleh Presiden SBY. Mendengar hal itu saya sepakat, sontak ingatan saya tertuju pada beberapa tumbuhan mangrove sekitar depan dan belakang asrama,yang mahasiswa Biologi ITS tanam. Ingatan saya pun diajak kembali ke beberapa tahun silam, ketika mangrove itu masih berupa bibit.

Di malam bulan September tahun 2006, entah tanggal berapa saya lupa. Kami mahasiswa baru 2006 diajak untuk mempersiapkan sebuah acara yang akan dihelat ke-esokan harinya. "Besok kita akan mengundang rektor untuk nanem bareng," ujar salah satu kakak yang saat itu menjadi fungsionaris himpunan.

Paginya saat acara berlangsung, Pak Nuh bilang kalau sebenarnya menanam sesuatu itu adalah sebuah investasi amalan pahala. "Coba bayangkan nantinya mangrove yang ditanam tumbuh," ungkapnya seingat saya. "Saat itu Mangrove akan dijadikan sebagai tempat burung hinggap dan juga mencari makan, dan ini sudah menjadi sebuah investasi amalan manusia," tambahnya.

Maka, lanjut pak nuh ada sebuah hadist yang menyebutkan bila kala di rumahmu ada sebuah bibit maka tanamlah meski kau tahu esok akan kiamat. Ucapan yang menggetarkan hati saat itu.

Dan kini, ketika saya sudah menginjak semester tua, saya selalu teringat saat menanam dulu. Kini deretan mangrove ini sudah setinggi setengah badan saya. ingin rasanya tetap melihat mangrove-mangrove ini tumbuh. Insya Allah, mangrove-mangrove jenis Rhizophora ini bermanfaat bagi ITS sekitar.

Sebuah hadist tampaknya cocok untuk menutup artikel ini ;

Empat hal yang menyenangkan hati bila dipandang:Segala sesuatu yang kehijauan, air yang mengalir, dan wajah yang bagus, cantik, dan indah, Serta Apa dan siapa saja yang dicintai - Nabi Muhammad SAW

Dan semoga hijaunya tumbuhan mangrove ini makin menyenangkan hati tiap orang yang melihatnya. Dan makin banyak orang yang peduli,, to arek-arek bits kapan nandur bareng maneh rek. ;)hehehe
(Yudha/1506 100 007)

Selamat Datang

Rekans-rekans seperjuangan. Alhamdulillah saat ini kita masih diberi kesempatan untuk berjuang. Dan kali ini perjuangan kita dapat kita perkuat lewat media ini. saya pernah baca, jika anda menguasai media maka anda akan jadi pemenang. so, Mari dari detik ini kita berjuang.

Saat ini media atau internet sedang dikuasai oleh makhluk-makluk dari dunia hitam. Bayangkan saja, menurut survey yang diadakan oleh salah satu lembaga terpercaya di dapatkan bila saat ini lebih dari 27 % pengguna internet membuang sia-sia waktunya mengunjungi situs porno (http://www.bernas.co.id/news/CyberMetro/METRO/5142.htm) dan dalam survey yang dilakukan di 15 warnet yang ada di Kota Jogja dan sebagain wilayah Bantul menunjukkan, dari 270 responden di 15 watnet tersebut, ada 74 atau 27,4 persen responden yang mengaku menggunakan warnet karena ingin melihat situs porno. so, akan lebih baikknya bila semakin banyak web dakwah seperti ini yang Insya Allah bermanfaat membina akhlak bagi para pembaca.

Semoga dari situs ini kita bisa berjuang bersama mendakwahkan Islam lewat blog ini. Rasa Optimisme pun kian membuncah, andai suatu saat kita bisa membuat banyak artikel tentang sains islam dari basic keilmuan kita Biologi. Dan juga situs ini bisa jadi sarana silahturahmi para alumni atau mahasiswa. selain itu banyak ide-ide lagi kalau saja toh kita bisa membuat ajang situs ini semacam taman puisi untuk mengapresiasi sesuatu.

Oh, ya di situs ini juga ada shout box nya lho jadi teman-teman jg bisa cuap-cuap disana. Bagi sivitas Biologi ITS yang ingin mengirimkan artikel bisa kirimkan ke fkiq.bio.its@gmail jangan lupa dikasih alamat sama NRP cos ini akan didata masuk SKEM(Sahabat Kajian Emang Muantep) ,, Insya Allah bisa bermanfaat buat melatih kita menulis.

Kalau Membuat Blog itu Mudah maka Mengawali dan Mempertahankan Tulisannya Lebih susah. Semoga kita bisa terus menjadi mahasiswa gaul yang terus menyeru.

Hendaklah ada diantara kalian sekelompok orang yang menyeru
kepada kebaikan dan menyeru kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar.
Dan merekalah orang-orang yang beruntung” [Ali-Imran : 104]

Sekian dan Terimakasih

Wassalamualaikum wr wb




tertanda


Januar Indra Yudhatama
Nrp 1506 100 007
13-12-2008